20 Maret 2009

Teleportasi, Mungkinkah?

Teleportasi bukan cuma khayalan. Sudah dilakukan di tingkat kuantum.
Bayangkan pagi hari yang hujan. Harus mengendarai motor sampai puluhan kilometer. Lalu lintas pasti macet. Masih beruntung kalau tidak terjebak banjir.
Kalau sudah begitu, film Jumper yang sekarang diputar di bioskop pasti menyakitkan. Dalam film fiksi ilmiah itu, David Rice (diperankan oleh Hayden Christensen) bisa seenaknya berpindah tempat dalam sekejap. Modalnya cuma keinginan dan sedikit konsentrasi pada gambar atau foto lokasi yang ingin didatanginya.
Dalam film itu, Rice, sang tokoh utama, menemukan dirinya memiliki kemampuan teleportasi. Setelah sarapan pagi di Paris, Prancis, ia bisa pindah tempat begitu saja ke Fiji, di tengah Pasifik, untuk berselancar. Sedikit konsentrasi lagi, Rice sudah berada di Mesir, siap menikmati makan siang. Hari belum habis buat dia mencari teman kencan di London, Inggris.
Sebuah kemewahan yang fantastis, tapi masuk akal. Teleportasi sesungguhnya sejalan dengan hukum fisika. Percobaannya bahkan sudah dilakukan sejak lama, meski baru di tingkat kuantum.
Yang terbaru dikerjakan duo peneliti dari Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST), Amerika Serikat, dan Universitas Innsbruck, Austria, kurang dari 4 tahun lalu. Mirip sulap, saat itu, sebuah paket cahaya berisi photon berhasil pindah sempurna sejauh beberapa kilometer.
Tapi itu untuk ukuran partikel yang jauh lebih kecil daripada atom. Sebagai perbandingan, seorang manusia terdiri atas 1.000.000.000.000.000.000.000.000.000 atom.
"Belum bisa dibayangkan bagaimana atom-atom di tubuh manusia bisa pindah sekaligus dan tercantel dengan partikel atom lain di tempat yang berbeda," kata Edward Farhi, Direktur Pusat Fisika Teori di Institut Teknologi Massachusetts (MIT). Teleportasi obyek dengan banyak bagian yang terhubung satu sama lain masih terlalu rumit. "Bisa saja kami men-teleportasi Anda, tapi Anda sampai di tempat tujuan minus nyawa."
Pengalaman seperti ini pernah terjadi di laboratorium Universitas Tokyo dan Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang pada 1998. Dalam percobaan itu, tim peneliti mencoba memindahkan cahaya sinar laser ke tempat berjarak belasan kilometer.
Hasilnya, properti medan elektris sinar yang bisa dipindahkan hanya 58 persen. Ini artinya David Rice akan muncul di London dalam keadaan tanpa kepala, misalnya. Apakah ada yang ingin berkencan dengannya?
Dalam film-film, para jumper biasanya menciptakan anomali yang disebut wormhole untuk bisa melompati ruang dan waktu. Lagi-lagi, lubang cacing memang eksis secara teori fisika dan masuk ke dalamnya bisa melontarkan siapa pun, apa pun, atau keduanya ke tempat lain dalam sekejap.
Tapi jelas ini tidak mudah. "Liang cacing itu tidak stabil. Bisa saja berubah menjadi lubang hitam yang menelan segala di dekatnya," kata fisikawan MIT, Max Tegmark.
Tambahan lagi, gaya gravitasi dalam lubang cacing sangat besar, yang berpotensi meremukkan apa pun yang masuk ke dalamnya. Bisa jadi, sebelum masuk, ia masih berwujud manusia, tapi begitu keluar di tempat lain sudah menjadi mi. "Teleportasi gagal seperti ini dikenal di kalangan ilmuwan sebagai 'spagetifikasi'," kata Tegmarck.
Meski sangat sulit dan masih terlalu jauh, bukan berarti tidak ada kemungkinan sama sekali bagi manusia untuk melakukan teleportasi. "Dulu manusia mendarat di bulan dan kecepatan suara dianggap sebagai hal yang mustahil. Nyatanya, kita bisa melakukan dan bahkan melampauinya," katanya.
Alih-alih sakit hati, Tegmark menyatakan film-film fiksi ilmiah seperti Jumper memiliki pengaruh baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. "Banyak ilmuwan yang menekuni dunia penelitian setelah terkesan oleh film atau novel atau komik fiksi ilmiah," katanya.
Menurut dia, kisah fiksi ilmiah dalam film, komik, ataupun novel memaksa penikmatnya mempertanyakan kemungkinan-kemungkinan realitas dan teori ilmu pengetahuan. "Kita tidak hanya memerlukan jawaban, tapi juga pertanyaan yang tepat," katanya. Film fiksi ilmiah bisa memicunya.
ada dua jenis reaksi nuklir yg bisa mengubah suatu atom jadi atom lain.

Yang pertama, reaksi fisi (pembelahan), misal helium jadi hidrogen..
Yang kedua, reaksi fusi (kayak di dragon ball, fusion), misal dua atom hidrogen jadi helium.. Kedua reaksi ini terjadi di matahari lho..

Banyak unsur baru yang disintesis (dibuat) dengan cara seperti ini (fisi dan fusi), makanya SPU makin lama makin panjang
Memang benar! Untuk mengubah besi menjadi emas dengan cara mengubah/penataan ulang struktur atomnya! Kalau kita menambahkan elektron bisa, namun tidak untuk proton, karena massa proton lebih besar dari massa elektron, sehingga elektron berperan penting dalam struktur atom.

Mungkin sejauh pengetahuan saya, yang bisa membuat besi menjadi emas adalah dengan penataan ulang struktur atom, bukan karena ditambah elektronnya! Besi mengandung bermacam-macam unsur begitu pula emas
apakah bisa seperti memusnahkan/menambahkan eletron dan proton pada atom besi agar jadi atom emas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar