28 November 2011

Surat Cinta Qois II


Menyentuhmu akan memberkati tanganku yang kasar
Apakah hatiku pernah mencintai sebelum ini??
Aku bersumpah
Karena diriku belum pernah memandang kecantikan sejati sebelumnya
Engkau berhak untuk membanggakan diri atas keindahan sempurna yang engkau miliki
Dan bagaikan paku yang ditancapkan pada papan
Begitulah cinta ini telah menembus dada dan merasuk ke jiwa
Nyala api yang datang ini mungkin tidak akan padam
Seolah hanya kematian dan aliran darah yang bisa memadamkannya
Tanpa kusadari
Melalui tatapanmu aku telah menelan bait beracun manisnya cinta
Karena dalam kelalaian pasti tersembunyi bahaya menunggu
Racun cinta telah menyebar, merayap,menyerang tulang dan urat nadiku
Sehingga mungkin suatu saat akan mampu membunuhku

Tapi aku tak akan menyesal
Karna aku telah bertemu bidadari sebelum sang malaikat menjemputku
Kecemerlangan tatapan matamu seolah melebihi cahaya mentari
Bahkan sinaran bintang pun tak mampu mengalahkan cahaya matamu
Panah Cinta telah melesat tajam
Mengenai sasarannya dengan cepat dan tepat
Jika pertemuan kita sudah ditakdirkan oleh langit
Maka para dewa telah memberkahiku dengan berbagai kesenangan dari langit
Semoga waktu ini diberkahi
Karena telah meminjamkan kebahagiaan yang kuharapkan
Mungkinkah dapat kumiliki dewi khayalan dambaan hatiku??
Hanya kepada tuhan aku memohon
Semoga engkau mampu melihat ketulusan jiwaku

15 November 2011

Surat ini untukmu Lailaku...

Duhai kekasih, andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu,
Maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan ia untuk selamanya.
Aku terbakar dalam api cinta.
Aku tenggelam dalam airmata kesedihan.
Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku.
Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala lilin.
Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu!
Kau telah memikatku, kau telah merampas tidurku, akalku, juga tubuhku.

Engkau adalah penyebab kepedihanku,
Namun, meskipun demikian,
Cinta yang kurasakan padamu merupakan satu-satunya pelipurku
Satu-satunya obat penyembuhku.
Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligus penyebab rasa sakit yang lebih hebat!
Andai saja kau dapat mengirimiku sebuah tanda!
Andai sang angin dapat menyentuh bibirmu
Dan membawa kecupanmu kepadaku.
Namun, aku akan menjadi cemburu kepada sang angin,
Dan menyesal sendiri karena telah menyuruhnya.