Terkadang ada pula beberapa jeda di
antara panjang cerita yang kita rangkai. Kita senantiasa membubuhkan koma di
intervalnya. Tapi tetap saja, koma hanyalah persinggahan sementara. Kita akan
terus melanjutkan cerita kita. Entah perlahan, entah cepat. Kita menyisipkan
koma. Kita menulis lagi. Sampai akhirnya kita tetap akan berhenti di sebuah
titik.
Suatu ketika –karena kita hanya
manusia– kita mungkin saja salah. Kita bisa saja menuliskan sesuatu yang tak
seharusnya ditulis. Lalu kita mulai mengoreksinya, membuat coretan di
sana-sini dan akhirnya buku kita menjadi kotor tak beraturan. Tapi kita akan
tetap menulis. Karena lebih baik mengotori buku kita dengan coretan daripada
membiarkan kesalahan bersembunyi di balik rapi dan resik catatan kita.
Kita akan dan harus tetap menulis.
Melanjutkan cerita yang belum selesai. Menambahkan koma di intervalnya. Lalu
sesekali kita melukis tanda seru dan tanda tanya. Menebalkan dan menggarisbawahi
catatan-catatan penting. Menulis dan terus menulis…
Sampai suatu saat… Tangan kita telah
lelah, tak sanggup lagi menggerakkan pena. Cerita pun telah selesai dirangkai.
Klimaks telah dilewati. Inilah saatnya membubuhkan titik di akhir cerita kita.
Mau atau tidak, sadar atau tidak,
ikhlas atau tidak… Kita akan selalu dihadapkan pada masa seperti ini. Saat kita
harus mengakhiri sebuah cerita. Tidak ada pilihan lain. Semua orang pasti
mengalami yang sama.
Yang membedakan hanyalah, cerita
kita berakhir dengan happy Ending atau malah sad ending?