04 Mei 2010

Rasa sayang dan cinta

Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu

Didalam hati ini..

Mengisi kekosongan di dalamnya

Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih

Menimbulkan segudang tanya

Menghimpun berjuta asa

Memberikan semangat..

juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira

Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa

Menghimpit bayangan

Menyesakkan dada..

Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…

 

Aku mencoba mengepakkan sayapku, mengarungi langit biru, menggapai lebih tinggi lagi. Buluku yang keemasan memantulkan sinar matahari siang. Sungguh, aku menyadari keindahan anugrah Tuhan dengan bulu yang ke emasan, diselingi sirip-sirip biru kekuking-kuningan menambah daya pikat elang lain terhadapku. Semakin saya terbang tinggi semakin kuat hempasan angin, aku sadar aku takkan bertahan lebih lama. Kelompokku telah jauh meninggalkanku, tak peduli dengan apa yang aku pikir dan rasakan ini.

Terbang dengan sayap yang patah ini saranya berat sekali. Namun aku mencoba bertahan untuk tidak jatuh dan menjadi santapan hewan lain. Terbayang  kembali, seperti saat ini, sewaku saya terbang sendeirian setelah luka dibagian pangkal sayap ini mulai membaik, tiba-tiba aku meraskan hempasan angin yang cukup kuat menerpa dari sampingku. Aku sedikit menoleh, seekor elang dengan sayap yang kelihatan kuat melempar pandangan kepadaku. Tersenyum dan dengan seksama memperhatikanku

Bagiku, hidup ditengah saudara-saudarku mengarungi langit biru adalah hal yang biasa, tapi terbang tinggi setelah beberapa kali jatuh sepertinya menjadi hal terberat dalam hidup ini. “Mari berhenti sebentar,…aku akan menemanimu, saya melihat sayapmu terluka, beristirahatlah sebentar,  bulu-bulumu yang indah nanti akan rusak kalau kau paksakan terbang,  perlu perhatian,” katanya seraya mencoba mencoba mendekatiku.

Terkadang dia diam menukik, lalu naiklagi, seolah tak ada beban dalam hidupnya, sebentar-sebentar menoleh kepadaku, mengikutiki hingga bebeapa ratuh meter, terlihat kecemasan diwajahnya.

Walau pada awalnya aku nggak mau menerima ajakanya, mengingat saya belum pernah melihatnya, akhirnya hatikupun luruh juga. Elang emas berjambul hijau kekmilau keemasan yang terbang dekat disampingku. Aku memandang tajam kematanya. Kutemukan ketulusan dari sana. Memberinya isyarat, dan mengikutinya turun kebawah mencari pohon yang rindah untuk beristrahat dari sengatan panas mentari.

Jauh dari perkiraanku, ternyada dia elang yang cukup baik, perhatian, suka bercanda dan menjagaku dari keusilan elang-elang lain. Akhirnya, tanpa kusadari, kami melaluli hari-hari bersama mengarungi langit biru. Elang muda, keemasan yang setia menemaniku kemanapun sayap ini membawa. Sejenak aku bisa melupakan sayapku yang patah. dan bahkan sudah sembuh, mungkin  juga sudah makin kuat dan kokoh. Terbang bersamanya sungguh mengasikkan, kadang dia mengajakku bercanda mengitari awan putih. Mencoba membawaku kelangit yang lebih tinggi yang walau dalam hati sungguh mengerikan.

Mencoba memberikan pemahaman kalau hidup di dunia ini adalah kehidupan yang sangat buas. Setiap saat marabahaya bisa saja mengancam. Memberikan arah dan memaknai arti hidup dari sudut pandang bebeda. Yang Tak lupa siulan dan kepakan sayapnya memberikanku rasa damai. Gurauan dan candaanya perlahan mengambil tempat dihatiku. Pernah akuberpikir, dia adalah tujuan hidupku setelah sekian tahun saya terbang mencari jati diri.

Setiap saya punya masalah, elang emasku memberikan solusi dan pertolongan kepadaku. Sunggu indah rasanya bila berada disampingnya. Tak terasa bertahun sudah kami lalui bersama. Mengitari langit biru, bermain diatas awan, dan melihat dunia dengan cara kami sendiri.

Suatu hari, aku biarkan dia terbang tinggi sendirian, dari jauh aku memperhatikan kepakan sayapnya. Aku menghayal sendiri, terbawa dalam anganku sendiri. Aku mulai menyadari, kalau kepakan sayap yang berlebihan itu, juga membuatku kuatir jikalau suatu saat sayapnya akan membawanya pergi. Pergi dari duniaku, pergi dari sampingku. Pergi dari hatiku. Sungguh ku tak rela.

“Apa yang kau pikirkan hai elang emasku? aku melihat ada sesuatu didalam pikiranmu….”

Aku tak menjawabnya, hanya mencoba memandangnya dengan tulus, melihatnya dengan hati dan cinta, mamastikan dia masih ada untuk saat ini. Aku selalu ingin bersamanya, menikmati kebersamaan ini dan dan mencoba menyandarkan kepalaku di atas sayapnya yang kokoh. Aku belum siap untuk kehilanganya, sayap-sayap patah ini masih memerlukanya. Membawaku ke danau yang berair bening, membawaku ke padang berbunga dan menuntunku ke lembah nirmala.

Kembali ku terbangkan sayapku setelah beberapa saat berhenti di atas bukit cemara. Sepasang burung bangau tampak bercengkrama ria di pinggiran kolam teapat di bawahku. Ada rasa cemburu bila melihat kemesraan mereka. Aku juga perbah mengalaminya. Aku tak kausa untuk mengingatnya, tapi bila ku memandang ke bawah, pengen  rasanya aku berteriak dan memberitahukan mereka kalauaku juga pernah marasakanya.

Sebentar saya terbang pendek mengitari danau kecil itu, seolah mengucapkan selamat kepada sepasang bangau penjaga danau. Aku terbang dengan deraian air mata. Tak kusangka, apa yang aku kuatrikan akhirnya terjadi juga. Elang emasku telah pergi, pergi entah kemana, meninggalkanku.  Ku tak kuas menghalangi kepergianya, tak sanggup untuk menahanya. Dia bukan elang emasku lagi. Aku hanya mampu memandangi punggungnya dihari kepergianya. Hanya deraian air mataku yang menyertainya. Apa sayapku sedang patah?.

Aku tak mengharapkan dia kembali, mungkin kalaupun dia kembali, telah bersama elang lain, elang sepertiku disampingknya. Aku membayangkan yang buklan-bukan. Melihat dari dipikiranku sendir, kalau elang emasku kini sedang bersama yang  lain.

Bagaimanapun, sayap ini tak boleh patah lagi, mungkin tak ada elang muda yang akan menolongku seperti dulu, mungkin rasa sakit ini akan sembuh sendiri, ditelan awan hitam dan dihempaskan badai gurun.  Awan hitam mulai menggumpal, rintik hujan mulai datang. Aku mencoba mencari tempat perlindungan. Sendri. Dingin menusuk hingga ke jantung hatiku. Kini tak ada suasana hangat seperti dulu. Aku mencoba mengerinkan bulu-buluku dari butiran air hujan yang sempat menerpaku.

Anganku melayang entah kemana. Berkali sudah elang - elang jantan yang melihat sendiri mencoba m, namun sebentar langsung terbang tak mengucapkan salam. Ada rasa lain di dalam hati ini setiapo mereka di samopingku, rasa yang selalu menginatkanku pada elang emasku yang telah pergi. Berkali kutepis anganku snediri, angan yang membawaku kedalam duniaku sendiri, dunia hayal, dunia yang hanya membuatku semakin terjatuh.  Apa ada yang aneh dalam tuhuhku?.

Sayapku masih kokoh, ku mau mengarungi langit biru dan padang yang menghampar luas ini sendiri, mungkin dengan elang emas yang lain, bukan dengan elang emasku yang telah pergi meninggalkan kenangan di hatiku. Yang telah pergi membawa cintaku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar