09 Februari 2011

Introspeksi

Bisakah luka yang teramat dalam ini nanti akan sembuh?

Bisakah kekecewaan bahkan keputusasaan yang mengiris-iris hati berpuluh-puluh juta saudara kita ini pada akhirnya nanti akan kikis?

Adakah kemungkinan kita akan bisa merangkak naik ke bumi dari jurang yang teramat curam dan dalam?

Akankah api akan berkobar-kobar lagi?

Apakah asap akan membumbung lagi dan memenuhi angkasa?

Akankah kita semua akan bertabrakan lagi satu sama lain?

Adakah kemungkinan kita tahu apa yang sebenarnya sedang kita jalani?

Bersediakah kita sebenarnya untuk tahu persis apa yang sesungguhnya yang kita cari?

Cakrawala yang manakah yang menjadi tujuan sebenarnya dari langkah-langkah kita?

Pernahkah kita bertanya bagaimana cara melangkah yang benar?

Pernahkah kita mencoba menyesali?

Hal-hal yang barang kali perlu disesali dari perilaku-perilaku kita yang kemarin?

Bisakah kita menumbuhkan kerendah hatian di balik kebanggaan-kebanggaan?

Masih tersediakah ruang di dalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata pada diri kita sendiri bahwa yang bersalah bukan hanya mereka?

Bahwa yang melakukan dosa bukan hanya ia tetapi juga kita.

Masih tersediakah peluang di dalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan meskipun barang kali menyakitkan diri kita sendiri?

Mencari hal-hal yang kita benar-benar butuhkan agar supaya sakit kita ini benar-benar sembuh total.

Sekurang-kurangnya dengan perasaan santai kepada diri sendiri untuk menyadari dengan sportif bahwa yang mesti disembuhkan itu nomer satu bukan yang diluar diri kita tetapi di dalam diri kita.

Yang kita perlu utama lakukan adalah penyembuhan diri, yang kita yakini bahwa harus betul – betul disembuhkan itu justru adalah segala sesuatu yang berlaku dalam hati dan akal fikiran kita.

(By Emha Ainun Nadjib).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar